Sabtu, 16 November 2013

Biaya Distribusi Di Jawa Timur Masih Tinggi

Biaya distribusi di Jawa Timur dinilai masih tinggi bila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Jawa. Biayanya mencapai 25 persen dari total keseluruhan biaya produksi industri. Bahkan, biaya itu lebih besar daripada biaya di negara lain seperti Malaysia yang hanya sekitar 11 persen dan Singapura 9 persen.

Hal tersebut diungkapkan Budi Setiawan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim kepada Radar Surabaya akhir pekan lalu.
"Tingginya biaya produksi di sini (Jawa Timur) terjadi karena jalur transportasi dan infrastruktur jalan belum tertata dan memadai dengan baik sehingga menimbulkan pembengkakan biaya operasional untuk distribusi barang," jelasnya.

Budi menuturkan, walaupun luas jalan cukup memadai (sebagian besar jalan di Jawa Timur sudah lebar), kondisi jalan dan jalur-jalur lain di beberapa wilayah masih menjadi kendala. Menurut dia, selain jalan yang rusak dan berlubang-lubang, beberapa jalur provinsi atau jalur untuk distribusi melalui kawasan-kawasan padat, seperti pasar dan pusat keramaian sehingga selalu terjadi kemacetan.
"Jalan tol atau jalan bebas hambatan di Jawa Timur juga masih sedikit dan belum mampu mengakomodasi kebutuhan jalur transportasi cepat dan bebas hambatan sehingga waktu dan rute distribusi menjadi lebih lama," papar Budi.

Besarnya biaya distribusi tidak hanya terjadi pada angkutan bahan baku maupun produk industri, tetapi juga pada distribusi bahan pokok, bahan bakar dan ternak. Karena itu, beberapa komoditas yang berharga murah di daerah asalnya menjadi mahal. Perbedaan harganya tinggi karena menutup tingginya biaya distribusi tersebut.

Budi berharap industri di Jawa Timur semakin maju. Apalagi, ada banyak kawasan industri di Jawa Timur. Pembenahan infrastruktur jalan atau distribusi harus terus ditingkatkan. Kalau dilakukan, hal tersebut menjadi pendorong dan menggugah minat investor untuk menanamkan dananya di Jawa Timur.

Khususnya dalam sektor industr. Sebab, infrastrukturnya dianggap proindustri. Kalau tidak dilakukan pembenahan infrastruktur, investor akan mempertimbangkan ulang untuk berinvestasi.
"Hal itu sangat perlu dilakukan mengingat upah pekerja semakin mahal dan naiknya tarif dasar listrik cukup membebani mereka. Jika biaya distribusi masih sebesar itu, mereka akan memilih daerah yang lebih murah sehingga bisa melakukan efisiensi," pungkasnya.


Sumber Media Cetak : Radar Surabaya, 4 November 2013, Halaman 5
Promosi usaha rental mobil surabaya di : http://gloriarentcar.com/id/surabaya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar