Minggu, 16 Februari 2014

Derita Sopir Truk belum Berakhir

Rental Mobil Surabaya - SEPANJANG jalur pantai utara (pantura) Jawa Tengah kini bagaikan `neraka'. Nyaris di setiap jengkal ruas jalan tersebut terdapat lubang menganga yang siap menelan apa pun yang melewatinya. Lubang itu rata-rata berdiamater 1-2 meter dengan kedalaman 20-50 sentimeter.

Kerusakan parah itu disebabkan banjir yang melanda sebagian besar Pulau Jawa bagian utara, beberapa waktu lalu. Bencana yang disebabkan tingginya curah hujan itu bahkan melumpuhkan jalur penting distribusi barang sepanjang sekitar 500 kilometer itu.

Misalnya, ruas Comal-Ulujami (Pemalang), Cepiring-Alun-Alun (Kendal), dan Karanganyar (Demak)-Jembatan Tanggulangin (Kudus), kemarin. Ratusan kendaraan angkutan barang berjalan terseok-seok hingga belasan kilometer. Mereka harus antre satu per satu melewati ruas jalan yang tersisa. Kadang, sesekali harus berhenti untuk menghindari lubang.

Kerusakan ruas jalan juga mengakibatkan sejumlah truk terguling dan mogok akibat patah as. Hal itu memperparah ketersendatan lalu lintas. Sejumlah petugas kepolisian pun harus berjuang sepanjang hari untuk mengatur lalu lintas.

“Kami menyiapkan satu unit wheel loader di sekitar Jembatan Tanggulangin untuk mendorong kendaraan yang macet mulai dari mobil pribadi hingga truk berukuran sedang,” kata Perwira Satuan Lalu Lintas Polres Kudus

Inspektur Satu Wasito.
Setiap hari, kata Wasito, setidaknya ada 10-20 kendaraan yang mogok baik akibat patah as karena terperosok ke lubang maupun kerusakan mesin karena terendam banjir.
Melelahkan “Kami menyerah dan memilih berhenti sementara. Jika tidak berhati-hati, bisa saja truk terbalik akibat patah as,“ kata Margono,51, sopir truk bermuatan suku cadang kendaraan dari Jakarta dengan tujuan Surabaya, Jawa Timur.

Saat ditemui di sebuah warung makan di ruas Demak-Kudus, Margono mengatakan akibat jalan hancur tersebut, perjalanan jadi sangat panjang dan melelahkan.
Hal itu karena para sopir, terutama angkutan barang, harus bergulat dengan lubang sepanjang perjalanan, mulai dari Jakarta hingga Pati yang memerlukan waktu berhari-hari.

Pada kondisi normal, kata Margono, dari Pulogadung (Jakarta) ke Surabaya paling lama membutuhkan waktu dua hari. Namun, akibat jalan rusak, perjalanan Jakarta-Semarang saja memakan waktu empat hari.
Hal itu disebabkan, selain harus berjalan merambat karena jalan rusak, juga banyak sopir yang berhenti untuk mengecek kondisi kendaraan sehingga menimbulkan kemacetan.

Hal senada diungkapkan Amri, 47, sopir truk bermuatan barang kelontong dari Jakarta dengan tujuan Gresik, Jawa Timur. Selain habis waktu karena perjalanan panjang, para awak truk harus terbebani biaya hidup lebih besar.

“Kalau biasanya membawa bekal Rp1,5 juta cukup untuk sekali perjalanan, sekarang kurang karena harus menambah biaya pembelian BBM yang meningkat 25%-30%.

Biaya makan juga jadi tiga kali dari biasanya,” kata Amri sambil duduk di kabin truk berwarna merah, menunggu antrean di ruas CepiringAlun-Alun, Kendal.

Amri berharap pemerintah segera memperbaiki jalan jalur pantura. Untuk sementara, ia memilih beristirahat tidak menarik.

Karena selain ongkos perjalanan bertambah berlipat, kendaraannya juga akan rusak sehingga ruginya akan bertubi-tubi.

Sumber : Akhmad Safuan/X-4/ Media INdonesia, 10 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar